10 Hal Yang Tidak Diketahui Tentang Gladiator Roma

Dicintai oleh masyarakatnya namun terkadang mereka di hina oleh para elit politik atau senat, dimana Gladiator Romawi adalah seorang petarung pada zaman kuno yang melegenda. Selama lebih dari 650 tahun, orang berbondong-bondong ke arena di seluruh kekaisaran untuk menyaksikan pejuang bersenjata yang sangat terlatih, terlibat dalam pertarungan berlumuran darah dan mereka menganggapnya sebagai tontonan olahraga atau teater pembunuh berdarah dingin.


10 Hal Yang Tidak Diketahui Tentang Gladiator Roma
10 Hal Yang Tidak Diketahui Tentang Gladiator Roma

1) Tidak semuanya gladiator adalah seorang budak
Tidak semua para gladiator dibawa ke arena dengan cara dirantai. Memang sebagian besar adalah para pejuang dari bangsa yang ditaklukan dan budak yang telah melakukan kejahatan. Namun seiring berjalannya waktu, para petarung gladiator tidak hanya dari kalangan para budak saja. Hal ini dikarenakan banyak dari mereka yang terpikat oleh sensasi pertarungan dan deru dari kerumunan penonton, secara bebas sejumlah orang mulai sukarela untuk menandatangani kontrak dengan sekolah-sekolah gladiator serta mengaharapkan kemenangan yang mulia dan hadiah uang. Petarung-petarung yang bebas biasanya adalah dari kalangan laki-laki yang putus asa atau mantan prajurit yang terampil dalam pertempuran, tapi beberapa bangsawan kelas atas, ksatria dan bahkan senator yang ingin menunjukkan sisi prajurit mereka.

2) Pertandingan gladiator awalnya berasal dari upacara pemakaman

Banyak para penulis sejarah kuno menggambarkan pertandingan gladiator sebagai peninggalan dari bangsa Etruria, namun sebagian besar sejarawan sekarang berpendapat bahwa perkelahian gladiator awalnya sebagai situs peninggalan berdarah yang ditampilkan untuk upacara pemakaman bangsawan kaya. Ketika seorang bangsawan yang terhormat meninggal, keluarga mereka akan mengadakan upacara pertarungan pemakaman antara budak atau tahanan yang dihukum, sebagai simbolis yang mengerikan karena telah menunjukkan sebuah kebaikan dalam hidup mereka. Menurut penulis Romawi Tertullian dan Festus, karena orang-orang Romawi percaya bahwa darah manusia membantu memurnikan jiwa orang yang telah meninggal, kontes ini mungkin juga bertindak sebagai pengganti minyak mentah untuk pengorbanan manusia.

3) Mereka tidak selalu bertarung sampai mati

Film-film Hollywood dan acara televisi sering menggambarkan pertarungan gladiator sebagai bentuk perkelahian bebas, tetapi kebanyakan beroperasi dibawah aturan dan peraturan yang cukup ketat. Wasit mengawasi pertandingan, dan mungkin akan menghentikan pertarungan jika salah satu peserta mendapatkan luka yang serius. Bahkan sebuah pertandingan bisa berakhir di jalan buntu jika penonton merasa bosan terhadap pertarungan yang tidak terlihat menarik.

Ditambah biaya makan, kesehatan dan akomodasi lainnya yang sangat mahal, menjadikan para manajer enggan melihat mereka sia-sia tewas. Pelatih mungkin telah mengajarkan mereka untuk melukai, tidak membunuh, dan para gladiator mungkin memanfaatkan hal tersebut. Namun demikian, kehidupan gladiator yang brutal biasanya berusia pendek, kebanyakan hanya hidup hingga usia 20-an, dan para ahli sejarah telah memperkirakan antara 1 dari 5 atau 1 dari 10 pertarungan biasanya terdapat satu orang gladiator yang mati.

4) "Jempol tangan menunjuk ke bawah" bukan berarti kematian

Jika seorang gladiator terluka cukup parah dan melemparkan senjatanya dalam kekalahan, nasibnya hanya tersisa di tangan penonton. Dalam kontes yang digelar di Colosseum, kaisar memiliki kata penentu akhir apakah prajurit berhak hidup atau mati, tetapi para penguasa sering memberikan keputusan itu kepada rakyat atau penonton. Lukisan dan film sering menggambarkan isyarat jempol tangan kebawah adalah untuk mempermalukan gladiator atau memberikannya kematian, namun sebenarnya teriakan penontonlah yang menjadi penentu untuk membiarkan hidup atau eksekusi kematian.

5) Mereka diatur dalam kelas dan jenis yang berbeda
Pada saat Colosseum dibuka pada tahun 80 M, permainan gladiator telah berevolusi dari pertempuran gaya bebas menjadi sebuah olah raga berdarah yang terorganisir dengan baik. Para petarung ditempatkan dikelasnya berdasarkan catatan, tingkat keterampilan dan pengalaman. Dan yang paling khusus adalah dari gaya bertarung dan penggunaan senjata.

Silahkan baca artikel : Legenda Gladiator

6) Mereka jarang bertarung melawan binatang

Colosseum dan gelanggang arena di Romawi lainnya sering dikaitkan dengan perburuan hewan yang mengerikan, tapi hal tersebut memang biasa untuk para gladiator harus mengalahkannya. Rata-rata binatang liar tersebut dikhususkan hanya untuk melawan gladiator dengan kelas Venatores dan Bestiarii, yang merupakan prajurit kelas khusus untuk melawan segala sesuatu seperti rusa, burung unta, singa, buaya, beruang bahkan gajah. Hewan-hewan tersebut biasanya dibunuh untuk acara pembukaan arena baru. 9.000 hewan dibunuh dalam acara pembukaan 100 hari Colesseum, dan 11.000 lainya kemudian dibunuh sebagai bagian dari festival 123 hari yang diadakan oleh kaisar Trajan pada abad ke-2 M. Terkadang hewan liar juga digunakan sebagai media hukuman bagi seorang budak yang membangkang atau narapidana eksekusi mati.

7) Perempuan bertarung sebagai gladiator

Budak perempuan biasanya dihukum untuk ikut bertarung bersama dengan budak pria lainnya di arena, tapi sebenarnya terdapat beberapa warga perempuan yang bebas dan mengambil pedang atas kehendak mereka sendiri. Sejarawan tidak yakin dalam menemukan siapa petarung wanita pertama yang menjadi seorang gladiator, tapi pada abad ke-1 M mereka telah menjadi pelengkap umum dalam sebuah pertandingan. Mereka biasanya diadu dalam pertarungan 1 lawan 1 antara perempuan, dan terdapat juga patung peninggalan pada abad ke-2 M sebagai pertarungan imbang yang terhormat antara dua wanita yang dijuluki Amazon dan Achillea. Perempuan juga bergabung dalam pertarungan membunuh hewan, namun tugas tersebut dihentikan sekitar tahun 200 M, ketika kaisar Septimus Severus melarang mereka berpartisipasi dalam pertandingan gladiator.

8) Beberapa gladiator mengorganisir diri dalam serikat buruh

Meskipun mereka sering dipaksa untuk mengikuti pertarungan yang membahayakan jiwa mereka, para gladiator melihat diri mereka dan menempatkanya dalam ikatan persaudaraan, dan bahkan beberapa daitur dalam serikat, dengan pemimpin yang mereka pilih sendiri. Ketika seorang gladiator meninggal dalam pertarungan, kelompok ini akan memastikan bahwa rekan mereka menerima pemakaman yang layak dan bentuk prasasti untuk menghormati prestasinya di arena. Jika mereka memiliki istri dan keluarga yang ditinggalkan, mereka juga memastikan bahwa keluarga tersebut akan menerima kompensasi keuangan untuk kerugian mereka.

9) Beberapa kaisar Romawi berpartisipasi dalam menggelar pertarungan gladiator

Permainan gladiator adalah cara paling mudah bagi kaisar Romawi untuk mendapatkan citra dan cinta dari orang-orang, tapi beberapa diantaranya mengambil langkah lebih lanjut dan benar-benar berpartisipasi ikut dalam pertarungan seperti Caligula, Titus, Hadrian meskipun dalam kondisi yang terkendali dan hanya menggunakan senjata tumpul. Namun lain bagi kaisar Commodus, dia sering membuat penonton berdecak kagum dengan membunuh beruang dan macan kumbang, serta secara langsung melakukan pertarungan sebagai gladiator.

10) Gladiator sering menjadi selebriti

Meskipun sering dianggap sebagai biadab dan tidak beradab oleh sejarawan Romawi, gladiator memenangkan ketenaran besar di kelas bawah. Potret mereka banyak menghiasi dinding-dinding tempat umum, anak-anak banyak yang bermain dengan membuat figur mereka dari tanah liat, dan petarung yang paling sukses akan menjadi figur olahragawan paling top pada masa tersebut.

Semoga bermanfaat.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »
loading...