Pesugihan Gunung Kawi

Gunung Kawi terletak di desa Wonosari, tepatnya Kecamatan Wonosari, Malang, Jawa Timur. Sejak lama Gunung Kawi dikenal sebagai tempat untuk melakukan ritual pesugihan. Bukan hanya satu macam jenis ritual pesugihan, tetapi berbagai macam ritual pesugihan dapat dilakukan para pencari kekayaan di Gunung Kawi ini.

Pesugihan Gunung Kawi
Pesugihan Gunung Kawi

Di Gunung Kawi terdapat dua makam yang dianggap keramat. Yang pertama adalah makam RM Iman Soedjono dari keluarga keraton Yogyakarta, yang kedua adalah makam dari Kanjeng Kyai Zakaria II dari keluarga keraton Surakarta. Kedua makam keramat inilah paling banyak didatangi para peziarah untuk melakukan ritual pesugihan. Konon kesaktian dua tokoh itu semasa hidupnya yang membuat banyak peziarah mempercayai bahwa dengan melakukan ritual pesugihan di kedua makam keramat ini, dapat mendatangkan rezeki bagi mereka.

Para peziarah Gunung Kawi, terdiri dari berbagai macam kalangan suku, ras dan agama. Dan karena beragamnya peziarah yang datang ke Gunung Kawi, maka didirikanlah berbagai tempat ibadah disana. Sehingga para peziarah yang beragama Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan Kong Hu Cu, masing-masing dapat beribadah di tempat ibadah yang sudah disediakan di Gunung Kawi ini, baik sesudah maupun sebelum melakukan ritual pesugihan.

Silahkan baca artikel : Pesugihan Tumbal Nyawa Gunung Kawi

Diantara para peziarah, jumlah etnis Tionghoa menempati daftar urutan pertama terbanyak. Kenyataan ini dapat dibuktikan jika ada pembaca Miztix yang kebetulan berkunjung ke Gunung Kawi, maka pada setiap malam Senin Pahing dan Jumat Legi, Gunung Kawi akan dipenuhi oleh peziarah dari keturunan Tionghoa yang melakukan ritual pesugihan.

Malam Senin Pahing dan malam Jumat Legi konon merupakan hari kelahiran dari kedua tokoh di makam keramat Gunung Kawi. Sehingga kedua hari itu dianggap waktu yang paling sakral bagi para peziarah. Namun demikian di hari-hari selain kedua hari itu, para peziarah tetap banyak yang berdatangan ke Gunung Kawi.

Di bulan Suro jumlah peziarah bahkan mencapai ribuan per harinya. Sehingga parkir kendaraan yang dibawa para peziarah, membludak sampai ke desa di kaki Gunung Kawi. Ini membuktikan bahwa ritual pesugihan di Gunung Kawi ini begitu populer dan menggiurkan para penggemar pesugihan.

Dalam prosesinya, ritual pesugihan Gunung Kawi dimulai setelah lewat jam 21.00, karena saat malam hari, konon keinginan para pelaku ritual pesugihan lebih banyak terkabul dibandingkan bila dilakukan ritual pada di sore atau siang hari. Para pelaku ritual pesugihan yang datang pada siang atau sore hari biasanya para pelaku pesugihan pemula yang belum mengenal prosesi ritual pesugihan Gunung Kawi, atau wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara yang hanya ingin sekedar melakukan wisata ke Gunung Kawi.

Ritual pesugihan, atau dalam bahasa para peziarah disebut ngalap berkah, dapat dilakukan oleh para peziarah setelah tirai yang menutupi makam keramat disingkapkan oleh ketua kuncen Gunung Kawi. Namun sebelumnya, para petugas kuncen dan ketua kuncen melakukan ritual pembukaan. Ritual itu dilakukan terpisah dari para peziarah yang akan melakukan ritual pesugihan.

Ketua kuncen Gunung Kawi melakukan ritual semedi satu jam sebelum jam 21.00 malam. Selama ketua kuncen melakukan semedi, sebagian para petugas kuncen menanti di kantor makam. Sebagian petugas lainnya menyiapkan perlengkapan ritual. Diantaranya membakar dupa dan menyiapkan sesajian lain. Dupa itu diletakkan di beberapa tempat dan sudut ruangan makam keramat. Paling banyak diletakan di sekitar pusara.

Ketua kuncen datang pada pukul 21.00 malam dengan dijemput oleh para para petugas penjaga makam keramat Gunung Kawi. Mereka berjalan berbaris tepat di depan tangga pintu utama ruangan makam keramat. Di hari-hari biasa mereka hanya berjumlah 4 hingga 6 orang. Namun pada hari Selasa Pahing, Jumat Legi, ataupun bulan Suro bisa berjumlah hingga belasan orang. Masing-masing membawa wadah kecil berisi dupa yang sudah dibakar oleh petugas lain sebelumnya.

Ketua kuncen diam sejenak dan berdoa beberapa saat di depan tangga pintu masuk makam keramat, setelah berdoa, pintu utama makam dibuka oleh ketua kuncen. Kunci dan gembok pintu utama makam keramat Gunung Kawi hanya boleh disimpan atau digunakan oleh ketua kuncen. Namun apabila sang ketua berhalangan, maka ketua kuncen akan mewakilkan kunci makam keramat kepada petugas kuncen lain.

Setelah pintu utama ruangan makam keramat Gunung Kawi dibuka, ketua kuncen dan para petugas berjalan masuk. Para petugas menunggu dan mengawasi di sekitar pintu masuk. Baik pintu samping ataupun pintu utama. Sementara ketua kuncen masuk ke dalam ruangan pusara makam keramat melalui pintu samping. Di ruangan pusara makam keramat yang masih tertutup kain kelambu itu, ketua kuncen kembali melakukan ritual semedi.

Selama menunggu kelambu dibuka, peziarah boleh memasuki ruangan utama di depan ruangan pusara makam keramat. Namun sebelum masuk mereka dianjurkan mencuci kaki dari air gentong yang terdapat di samping ruangan utama. Konon air gentong ini dipercaya berkhasiat membuat awet muda dan banyak rezeki. Peziarah dibolehkan duduk di depan kelambu. Posisi duduk ditata baris per baris.

Peziarah hanya diperbolehkan membawa bunga untuk ritual tabur bunga di makam keramat. Bunga yang dibawa oleh para peziarah tidak boleh sembarangan, hanya boleh dibeli di dalam komplek makam keramat Gunung Kawi. Bunga-bunga tersebut diletakan dalam nampan besar dan nampan kecil. Peziarah membawa bunga sekaligus nampannya sampai ke pusara makam keramat. Selama peziarah berada di area makam, maka semua jenis alat komunikasi harus dimatikan.
Kurang lebih pukul 22.00 malam, kelambu biasanya dibuka oleh ketua kuncen Gunung Kawi. Maka peziarah masuk ke ruangan pusara makam keramat. Mereka dengan tertib maju sesuai barisannya masing-masing. Di ruangan itulah para peziarah berdoa meminta apa yang diinginkan. Setelah berdoa kurang lebih 15 menit, para peziarah melakukan ritual tabur bunga di pusara makam keramat.

Selesai tabur bunga, setiap peziarah akan diberi cindera mata dari ketua kuncen Gunung Kawi. Biasanya berbentuk kain merah berhuruf Cina yang berisikan dupa dan beberapa ubo rampe kecil. Dalam pandangan Miztix, sesungguhnya cindera mata itu hanyalah benda biasa, namun banyak peziarah yang salah pengertian menganggap bahwa cindera mata itu bertuah atau memiliki kekuatan gaib. Sehingga mereka menyimpannya di kamar, tempat usaha atau kantor mereka.

Sepulangnya dari Gunung kawi, hanya dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan, para pelaku ritual pesugihan Gunung Kawi yang memiliki usaha, maka akan mendapati usahanya lancar, bahkan seringkali memiliki omzet penjualan tidak lumrah. Apabila pelaku ritual pesugihan Gunung Kawi tersebut seorang pekerja, maka akan berlimpah bonus, naik jabatan, dan banyak menerima tambahan penghasilan lainnya.

Walaupun sepintas nampak sederhana, wajar dan mudah, namun dalam pandangan Miztix, pesugihan Gunung Kawi ini masuk kategori ilmu luar sunah, dan seperti pesugihan pada umumnya, akan ada akibat yang terjadi di kemudian hari kepada pelaku pesugihan-nya. Salah satu akibat yang bisa terjadi kepada pelaku pesugihan, pernah dipaparkan Miztix dalam artikel Wisata ke kerajaan siluman ular. Namun demikian keputusan ada pada pembaca.

Selain ritual yang dituliskan diatas, Gunung Kawi juga memiliki pohon Dewandaru, yang konon buah maupun daunnya memiliki kekuatan penglaris yang dahsyat. Apa dan bagaimana kedahsyatan pohon Dewandaru ini, akan dibahas dalam artikel terpisah.


Akhirul Kalam,
Semoga artikel Pesugihan Gunung Kawi ini, dapat menambah wawasan serta manfaat bagi pembaca.
Salam...

-Trisula-

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »
loading...