Legenda Desa Gendoang Kreo

Terdapat sebuah desa yang penuh dengan nuansa mistisnya. Disini miztix mencoba memaparkan beberapa hasil terawangan miztix terhadap desa tersebut, yang memang banyak terdapat hal-hal ghaib yang bisa diceritakan dalam pembahasan kali ini. Sebelumnya miztix menganjurkan untuk pembaca yang bisa meraga sukma untuk melihat videometri tentang kebenaran dari hasil penerawangan miztix kali ini. Dan hal ini memang dibenarkan oleh salah seorang narasumber kami yang merupakan penduduk asli desa tersebut.
Legenda Desa Gendoang Kreo
Legenda Desa Gendoang Kreo

Desa ini bernama desa gendoang kreo, Kecamatan moga, Kabupaten Pemalang. Desa yang begitu indah dengan hamparan sawah yang membentang luas, terdapat beberapa aliran sungai yang langsung menuju laut lepas dan melintasi permukiman warga desa tersebut. Akan tetapi pemakaman umum di desa tersebut sangat luas. Jika dilihat sekilas pemakaman tersebut membentang disebelah lahan persawahan warga dan berada di atas bukit. Karena pada umumnya untuk pemakaman keluarga satu dengan yang lainnya saling berdekatan di desa tersebut. Dan jika sudah tidak terdapat lahan lagi untuk menguburkan orang yang telah meninggal maka lahan kosong ataupun sawah milik warga disekitar pemakaman harus dihibahkan untuk menambah luas areal pemakaman tersebut, dan memang dianjurkan oleh pemerintah setempat agar warga menghibahkan lahannya, karena berdasarkan kepercayaan warga tersebut pula jika mereka tidak menghibahkan lahan mereka untuk areal pemakaman yang baru, mereka takut akan datangnya bencana yang menimpa mereka.

Asal mula desa gendoang kreo. Cerita ini berawal ketika Indonesia dijajah oleh bangsa Jepang, yang pada saat itu Jepang sendiri mendapat perlawanan dari Pangeran Dipenogoro. Dan desa gendoang kreo merupakan tempat singgah sekaligus persembunyian para tentara jepang.

Pangeran Dipenogoro memiliki banyak sekali pengikut, salah satunya bernama mbah Cipukal, ia adalah seorang empu pembuat keris yang cukup ternama pada saat itu. Ia berhasil membuat sebuah keris sakti yang memiliki ukuran lumayan panjang. Akan tetapi setelah perjuangan Pangeran Dipenogoro berhasil dihentikan oleh penjajah, keris tersebut terpecah menjadi beberapa bagian seukuran jari kelingking orang dewasa. Dimana masing-masing keris dipegang oleh para kaki tangan mbah cipukal. Dan salah satu keris itu kini berada di desa gendoang kreo yang memang desa taersebut dibangun oleh dua orang kaki tangan mbah cipukal. Hingga sekarang keris itu dipegang oleh seorang juru kunci di desa tersebut yang memang miztix tidak ketahui siapa namanya. Warga desa meyebut keris tersebut dengan nama keris cipukal, sesuai dengan nama pembuatnya.

Setiap malam jumat kliwon di desa tersebut selalu diadakan selametan kampung. Yaitu suatu upacara ritual agar desa tersebut selalu terhindar dari musibah yang dapat menimpa warga mereka. Proses slametan dilakukan pada malam hari sekitar pukul setengah satu hingga pukul satu malam, yaitu dengan cara mengarak atau mengelilingi desa tersebut dengan membawa keris cipukal. Yang memimpin selametan adalah sepuluh orang santri yang merupakan murid dari juru kunci pemegang keris tersebut. Dimana pada saat proses mengelilingi desa orang yang memegang keris tersebut kakinya tidak menginjak tanah melainkan melayang diudara dan terbang dengan cepat sehingga seluruh warga desa yang mengikuti dari belakang harus berlari untuk mengikuti pemegang keris sambil membaca shalawat. Dan memang pernah terjadi suatu peristiwa aneh di desa gendoang kreo. Pada saat itu desa tersebut didatangi oleh beberapa orang perampok yang memang ingin merampok desa. Akan tetapi tiba-tiba desa tersebut menghilang dari pandangan mata perampok, dan yang mereka lihat hanyalah hamparan laut yang sangat luas. Menurut miztix mungkin ini memang kesaktian dari keris mbah cipukal, yang memang sering diritualkan oleh warga desa tersebut.

Miztix mencoba menerawang sebuah legenda yang sangat terkenal dari desa tersebut, seperti yang diceritakan oleh narasumber kami. Legenda tersebut ialah legenda surubenda. Dimana surubenda ini berasal dari sebuah aliran sungai yang melewati permukiman desa tersebut. Suru sendiri artinya hulu sungai sedangkan benda merupakan hilir atau ujung aliran sungai. Disepanjang aliran sungai tersebut terdapat siluman ular yang sangat besar, tapi anehnya hanya bagian ekor dan kepala saja yang tampak sedangkan badannya tidak. Dengan posisi ekor berada di hulu sungai dan kepala siluman ular tesebut di hilir sungai. Berdasarkan terawangan miztix justru tempat yang lebih angker ialah di ujung sungai, yaitu letak munculnya kepala siluman ular tersebut. Karena ujung sungai tersebut dibatasi oleh air terjun dan dibawahnya banyak sekali terdapat ikan lele yang ukurannya sebesar ukuran panjang kaki manusia dewasa. Tidak ada seorangpun dari desa tersebut yang berani mengambil ikan lele yang memang ukurannya sangat besar itu. Karena menurut kepercayaan warga setempat jika ada yang berani mengambil ikan lele tersebut maka ia akan mengalami musibah yang akhirnya berujung pada kematian.

Pernah terjadi peristiwa yang menghebohkan desa tersebut. Menurut saksi mata seorang warga, saat itu pada malam jumat kliwon sebelum proses ritual ngarak dilakukan. Ia melihat seekor ular yang sangat besar dengan diameter badannya melebihi ukuran mobil truk besar melewati persawahan dan areal pekuburan warga. Ketika ular tersebut berjalan sambil mengeluarkan suara “kooookk...kooookk” mirip suara kokok ayam namun lebih panjang dan nyaring. Pada keesokan harinya sawah yang dilewati oleh ular tersebut menjadi rusak dan banyak sekali tulang belulang manusia yang berasal dari kuburan-kuburan warga yang menjadi hancur akibat terlindas oleh siluman ular tersebut.

Di desa tersebut terdapat sebuah pesugihan siluman harimau. Tempat pesugihan tersebut berupa sebuah batu hitam dengan ukuran cukup besar yang dikelilingi oleh pohon bambu kuning. Anehnya pesugihan siluman harimau tersebut tidak akan bisa dilakukan jika yang melakukannya adalah warga desa gendoang kreo sendiri jadi hanya bisa dilakukan jika yang melakukannya adalah orang dari luar desa. Sedangkan banyak warga desa sendiri yang heran jika ada yang melakukan pesugihan, entah kapan orang yang ingin melakukan pesugihan tersebut datang. Hanya saja keesokan harinya diatas batu hitam tersebut sudah terdapat sisa sesajen berupa kembang yang memang sering orang bawa ketika melakukan pesugihan. Ketika miztix terawang ternyata bagi orang yang ingin melakukan pesugihan di tempat tersebut tidak perlu datang secara langsung, melainkan dipandu oleh seorang dukun dari daerah lain untuk menuju ke tempat pesugihan secara ghaib. Mungkin memang menjadi salah satu alasan yang pasti mengapa orang yang melakukan pesugihan tidak langsung datang karena tempat tersebut memang sangat angker dengan adanya hantu yang disebut hantu londar landir oleh warga setempat. Hantu tersebut sering menampakan dirinya berupa seorang anak kecil akan tetapi bisa berubah menjadi ukuran yang sangat besar jauh melebihi orang pada umumnya. ketika ia menampakkan dalam tubuh aslinya ia sering menyamar dengan membungkukkan badannya menyerupai pohon bambu yang bergoyang tertiup angin. Yang lebih parah jika ada orang yang sedang berjalan tepat dibawah hantu londar landir yang sedang menyamar tersebut maka ia akan langsung dihisap seluruh badannya, jika orang tersebut telah dikeluarkan oleh makhluk tersebut maka seluruh tubuhnya akan menjadi bau bangkai dan sulit untuk menghilangkan bau tersebut. Memang tidak hanya hantu londar landir saja yang terdapat di tempat pesugihan tersebut, masih banyak makhluk-makhluk lain yang mungkin miztix bahas pada edisi-edisi mendatang.

Dan satu lagi, terdapat sebuah tempat menurut kepercayaan warga desa gendoang kreo yaitu misteri legenda lawi laki atau kebitingan yang memang sangat angker. lawi laki sendiri adalah sebuah tempat bertemunya dua aliran sungai di desa tersebut yaitu kali sangka dan kali rambut yang keduanya diapit oleh dua bukit di desa tersebut. Mengapa diberinama kali sangka karena mencerminkan prasangka-prasangka buruk dari desa tersebut. Dan jika mengalami banjir besar maka seluruh desa dan persawahan akan hanyut terbawa air. Sedangkan untuk kali rambut karena di hulu sungai tersebut terdapat sebuah batu kutu yang setiap banjir pasti sungai tersebut banyak sekali kutunya, sehingga orang yang sering mandi disitu sudah pasti banyak kutu dirambutnya.

Konon di masing-masing bukit tersebut terdapat sepasang siluman ular laki-laki dan perempuan. Mungkin ini sebabnya diberi nama lawi laki. Dan memang setelah miztix terawang siluman ular yang laki-laki berasal dari bukit aliran sungai kalisangka, sedangkan yang perempuan berasal dari kali rambut. Menurut kepercayaan warga desa, jika kedua siluman ular tersebut keluar dari tempat kediamannya. Maka siap-siap saja desa tersebut akan mengalami kehancuran, ini dikarenakan warga desa sudah tidak lagi memiliki akhlak prilaku yang baik dan tidak menjalankan tradisi-tradisi yang telah diwariskan oleh leluhur mereka seperti yang diceritakan oleh Ahmad Muslihul Faruq kepada miztix.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
Anonymous
April 16, 2019 at 11:57 PM delete

Pangeran Diponegoro jauh sudah meninggal sebelum jepang datang kenindonesia. Tolong diralat.

Reply
avatar
loading...