Jaman sekarang sudah termasuk sangat modern, teknologinya sudah sangat jauh dibandingkan dengan 100 tahun yang lalu. Mungkin kita masih dapat bertanya pada kakek atau nenek yang masih hidup, untuk menceritakan keadaan 100 tahun yang lampau.
Teknologi Vs Kebatinan |
Padahal apa yang kita rasakan dan sedang kita nikmati sekarang bukanlah teknologi yang termutakhir, karena di negara luar banyak sekali teknologi yang belum untuk umum, mungkin masih dalam taraf penyempurnaan, atau karena harganya yang masih terlampau mahal. Ambil contoh prosesor komputer terbaru yang beredar. Padahal sudah dipersiapkan prosesor yang lebih canggih dan siap diproduksi namun bisa kita dapatkan dengan pemesanan ke pabriknya dalam edisi terbatas, juga masih ada prosesor yang lebih canggih lagi dalam masa penyempurnaan, tapi masih ada lagi prosesor lebih canggih yang dalam proses perencanaan atau riset. Walaupun nampaknya sudah hebat teknologi sekarang, tapi masih tertinggal cukup jauh dari teknologi saat dunia atlantis sebelum tenggelam.
Mukjizat yang diturunkan ALLAH kepada Nabi dan Rasul memang disesuaikan dengan jamannya, jika saat itu banyak ilmu sihir dan yang mempunyai sihir yang hebat menjadi orang terhormat menurut mereka, maka diutuslah nabi dengan mukjizat yang mampu menghadapi sihir sehingga nabi Musa dapat menyadarkan orang pada jaman itu, sementara saat jaman Nabi Muhammad SAW, orang-orang menganggap pembuat syair yang indah merupakan orang terhormat, oleh karenanya diturunkan mukjizat berupa Alquranul Karim, dengan bahasa Arab yang sangat halus, tinggi dan sangat indah, maka dikatakan pada orang yang sombong, dengan terjemahan bebas kira-kira "Kamu tidak akan sanggup membuat kalimat yang indah seperti Al-Qur'an". (Untuk ayat yang mendukungnya silahkan buka sendiri kitab Al-Qur'an). Maka penerus-penerus Rasul dalam hal ini adalah Waliullah, akan diturunkan karomah yang sesuai untuk menghadapi orang- orang pada jamannya.
Saat jaman Wali Songo, kerajaan-kerajaan dan orang-orangnya mengagulkan tentang ilmu kedigdayaan, maka dari itu ilmu para Wali Songo pun dikenal sangat dahsyat, agar orang- orang jaman itu takluk atau salut, untuk kemudian dapat diarahkan untuk beribadah yang benar menuju kepada ALLAH. Hal ini juga terjadi saat Prabu Kian Santang putera dari Prabu Siliwangi, beliau dulu paling sakti bahkan ayahnya pun tidak mampu menandinginya, kemudian mencoba kesaktian Sayidina Ali RA, dengan ijin ALLAH, Prabu Kian Santang menyerah dan belajar langsung pada Sayidina Ali RA.
Laa Haulaa Wala Quwwata Ilaa Billah. Untuk jaman sekarang masih banyak derajat kewalian terutama di Arab Saudi, hanya saja tidak pernah mau muncul di khalayak umum, di Indonesia sendiri lebih banyak jari tangan kanan kita, hanya kita sulit menemukannya karena beliau lebih senang untuk menyembunyikan diri, dan hanya yang mempunyai kodrat maka dapat menemukannya, anehnya saat sudah ketemu pun belum tentu kita mengenali, atau mau belajar.
Silahkan baca artikel :- Ilmu Gelap Ngampar
Beruntung masih ada yang mencapai taraf ini, maka Islam masih ada, jika tidak, maka mudah sekali lenyap karena hanya kulit saja yang sangat mudah dibuang. Sementara beliau mengetahui pada jaman sekarang sudah tidak terlalu dibutuhkan kedigdayaan, maka beliau akan mengajarkan dengan karomah yang lain. Orang yang dapat terbang belum tentu seorang Wali.
Saat teknologi ada dipuncak, seperti dunia Atlantis, kebatinan mencapai titik terendah maka akan datang bala malapetaka sehingga dunia Atlantis tenggelam, sedangkan saat teknologi titik terendah saat jaman jahilliyah, alam kebatinan mencapai titik tertinggi yaitu saat Nabi Muhammad SAW. Jadi bagaikan sebuah alat timbangan, dan sekarang teknologi semakin hebat, maka kebatinan semakin tergeser, bahkan dipercepat lagi dengan adanya orang yang semakin menjauhi kebatinan dengan mentaklidkannya sebagai sesat. Maka semakin cepat dan sering datangnya malapetaka.
Jangan salah sangka dengan kebatinan, Kebatinan yang dimaksud disini, adalah kehidupan yang dilandasi tuntunan agama untuk mendekat kepada ALLAH agar mencapai kesempurnaan dan mendapat keridhaan-NYA, misalkan Rukun Islam, bahkan Rukun Iman itu sendiri letaknya dibatin, tidak perlu mengerti dengan akal (Syukur jika mampu memikirkannya dengan akal) tapi harus di yakini dalam batin atau hati.
Kenapa dinamakan batin, batin adalah suasana dalam hati, sedangkan hati sendiri adalah lever yang letaknya di tengah dada. Jadi kebatinan adalah suasana yang terjadi dalam hati, buat apa ibadah jika batin berniat untuk kesombongan atau mendapat pujian. Sedangkan teknologi adalah hasil daya pikir manusia yang direalisasikan. Padahal akal sendiri sangat lemah, tapi sering dipaksakan untuk memahami sesuatu yang gaib apalagi kebatinan, jika tidak mampu memikirkannya pasti akan berkesimpulan sebagai sesat.
Orang seperti ini yang terlalu membanggakan akal, secara tak langsung sudah tercemar dengan pemikiran Yahudi, yang menemukan azas logika, bahkan di ilmu matematika ada yang membahas tentang logika, jadi semuanya digiring untuk mempelajari yang masuk akal saja. Padahal Islam adalah penemu bilangan 0 (nol) maka dari itu dalam ilmu matematika di pelajari ilmu Aljabar yang diambil dari nama penemunya.
Jika dibahas lebih lanjut tentang teknologi versus kebatinan tidak akan ada habisnya, bagaikan jaman itu sendiri yang akan mewartakannya pada kita. Paling tidak untuk menyikapinya, sebaiknya tidak anti dengan teknologi maupun kebatinan. Karena jika kita Shalat tanpa melibatkan batin, sama saja dengan burung beo yang mampu membaca kalimat tauhid, tapi dia tidak paham dengan apa yang dibacanya.
Mengetahui atau mengerti letaknya di akal, sedangkan paham letaknya di hati, maka paham lebih kuat dari sekedar mengerti.
Akhirul kalam, semoga artikel Teknologi Vs Kebatinan ini menambah wawasan serta manfaat bagi pembaca.
Salam....
-Trisula-